Nikah dong guys! : sebuah provokasi.
Sebenarnya apa sih yang membuat laki-laki menunda melamar seorang gadis
(janda kembang) untuk menjadi istrinya?padahal terkadang (bagi yang pacaran) sudah jalan berduaan, sudah
berkali-kali bilang Ich Liebe dich...eu te amo, sudah habis uang untuk dinner bareng,
nonton bareng atau sekedar ngasih hadiah-hadiah kecil. Beberapa teman menjawab
: ingin mapan dulu, belum nemu yang
ideal (fisik???) , masih perlu penjajakan lebihhhhh.
Dan apa pula yang membuat wanita terkadang menolak lamaran seorang pria? Beberapa mungkin
menjawab : Wah dia gajinya kecil, nyari yang berkepribadian (mobil pribadi,
rumah pribadi,dll), yang cantik (banyak yg ngelirik)ngajawab : akukan cantik
jadi bisa dong milih2 yang perfect (ceilah neng nggak ada manusia di dunia ini
yang sempurna). Nah kamu? Alasanmu apa?
;p
Sekedar ingin berbagi pengalaman boleh ya… Aku menikah saat masih
semester empat dengan seorang laki-laki yang juga masih kuliah di semester
enam. Kok bisa?
Bisa aja dong. Yah awalnya memang tidak gampang. Berlika-liku menyesuaikan dua pribadi dengan karakter yang berbeda. Pontang panting meredakan ego dan emosi jiwa muda tapi Alhamdulillah hampir tujuh tahun kami menikah kami menemukan kekuatan masing-masing dan tetap mencoba saling menutupi kelemahan. Karena suami istri itu punya dua daya positif dan negative yang terus tarik ulur pengaruh mempengaruhi. Jika daya positif bertemu positif, dahsyat! akan terbentuk kepribadian yang baru yang lebih baik.
Bisa aja dong. Yah awalnya memang tidak gampang. Berlika-liku menyesuaikan dua pribadi dengan karakter yang berbeda. Pontang panting meredakan ego dan emosi jiwa muda tapi Alhamdulillah hampir tujuh tahun kami menikah kami menemukan kekuatan masing-masing dan tetap mencoba saling menutupi kelemahan. Karena suami istri itu punya dua daya positif dan negative yang terus tarik ulur pengaruh mempengaruhi. Jika daya positif bertemu positif, dahsyat! akan terbentuk kepribadian yang baru yang lebih baik.
Awalnya keluarga besarku
kaget Kenapa anak gadisnya yang tidak
pernah berpacaran tiba-tiba mengatakan akan ada seorang laki-laki bersama
keluarganya yang datang bersilaturrahmi
yang nantinya akan dilakukan proses saling mengenal antar keluarga. Ibuku
bingung, kakak-kakak ku juga keberatan. Dan jika bapakku masih hidup aku tahu
hanya ada satu kata darinya “tidak”.
Alasannya adalah aku masih kuliah dan dimata mereka aku akan mengalami
banyak kesulitan (apalagi aku katanya yang paling manja) jika menikah sekarang.
Dan aku adalah anak kelima dari enam bersaudara yg kesmuanya perempuan hanya
kakak pertamaku yang sudah menikah. Itu artinya aku akan melangkahi tiga orang
kakak perempuanku!. Tambahan lagi calon suamiku itu masih mahasiswa dengan kata
lain belum punya pendapatan (masih kere). Complicated sebenarnya. Tapi semuanya
berjalan aku juga heran dari mana keberanianku untuk meyakinkan keluarga. Kalau
ditanya apa sih yang membuat aku mau menikah saat itu? Kalau aku jawab cinta
percaya nggak? Tapi benar kan, apa sih yang nggak bisa dibuat oleh cinta? Ingak
kisah cinta Laila Majnun yang melegenda? Lalu cintanya Raja Julius Caesar dan
panglima perang Romawi Mark antony yang mampu melakukan hal gila demi cintanya
pada Cleopatra sang ratu Mesir. Banyakkan
cerita2 cinta di dunia ini yg membuat org mampu melakukan sesuatu yang rasanya
mustahil. Apalagi Cuma diajak nikah saat kuliah ya ??. Katanya kan kalau cinta
sudah melekat tahi onta rasa coklat nah loh (tapi nggak sudi deh makan tahi onta.)..
Dan tiba-tiba saja kakak kelasku ini mengajak nikah (nggak mau pacaran
katanya).Dan tanggal 21 Mei 2005 kami menikah. Teman-teman kampus kaget tapi
senangnya mereka datang satu bus ke rumahku yang berjarak sekitar tiga jam perjalanan dari Banda Aceh.
Setelah menikah kemandirianku langsung diuji. Aku adalah adik kecil dari
empat orang kakakku yang biasanya selalu ditemani, diantar, bajupun kadang
dicuciin, dimasakin. Tapi saat jadi istri aku harus bisa melakukan apa-apa
sendiri. Dan akupun tak ingin mengeluh kepada keluarga; ini adalah pilihanku aku
akan menanggung segala konsekuensinya. Seperti pulang sendirian dengan bus
malam Medan-Banda Aceh setelah mengantar suami ke Bandara Polonia karena harus
segera kembali ke Bandung menyelesaikan kuliahnya. Naik pesawat malam sendirian ke Jakarta. Aku
ini Cuma anak dusun belum pernah ke luar dari tempurung Aceh apalagi naik
pesawat sendirian. Apalagi malam-malam pukul Sembilan dari Medan dan sampai
pukul dua belas malam di Jakarta (padahal aku tahu saat itu aku sudah hamil
empat minggu). Dan kami tak langsung ke Bandung karena jadwal kereta apinya
besok pagi. Saat itu tak mungkin naik taksi dan menginap di hotel (uang hanya
cukup untuk makan dan perjalanan ke Bandung). Kami memutuskan
menghabiskan malam di area Bandara Soeta
yang mulai sepi sambil memandangi langit malam yang gelap (Tuhan hidupku tak
segelap itu akan ada sinar esok harikan?). kami bercerita banyak tentang
mimpi-mimpi kami. Dan aku tak melihat ia yang sekarang aku dapat melihat ia
bertahun-tahun yang akan datang dari visinya. Kamipun sepakat akan terus
berjuang untuk mandiri dan meraih mimpi-mimpi kami.
Di rumah kosnya ia membuka Warung Digital Printing dengan bermodalkan
satu desktop dan printer di kawasan Daarut Tauhid. Ia juga menawarkan pembuatan
website ke perusahaan-perusahaan. Akupun menghubungi teman-temanku menawarkan
buku-buku referensi kuliah untuk semester ini dan semester akan datang (dengan
menggadaikan mahar sebagai modal), mencari buku-buku second dan murah di
kawasan Palasari. Menjual organizer Board hingga pernak-pernik lainnya.
Alhamdulillah kami memiliki orangtua dan keluarga yang begitu perhatian
(meski kami tak ingin membebani). Kedua Ibu yang selalu mensupport, kakak-kakak dan adik yang
selalu bertanya “perlu beli apa bulan ini?” yang meski kujawab “nggak ada kak”.
Tetap saja esoknya nominal di rekeningku bertambah. Dan SPP yang selalu
tercukupi dari beasiswa. Allah memudahkan.
Dan tahunpun berlalu. Inilah kami sekarang sebuah keluarga dengan dua
orang putra yang special. Kami mensyukuri pernikahan ini, mensyukuri cinta yang
Allah selipkan di hati kami.
Gerimis
rasa berbalut
kayuh mengayuh pasang sepasang
Aku mensyukuri cinta ini
iring seiring meski kadang menyebrang ego
Masih terlalu pagi bagi kita menuai upah
nikmati tangis kanak-kanak
yang kan kita rindu saat uban tersapu di penantian
Semoga senja kita tak sepi
kayuh mengayuh pasang sepasang
Aku mensyukuri cinta ini
iring seiring meski kadang menyebrang ego
Masih terlalu pagi bagi kita menuai upah
nikmati tangis kanak-kanak
yang kan kita rindu saat uban tersapu di penantian
Semoga senja kita tak sepi
Guys punya keluarga itu indah. Akan selalu ada ruang untuk kembali ketika
lelah. Akan ada seseorang yang membuatmu tersenyum meski terkadang hidup itu pelik.
Di keluarga kita berbagi segala rasa. Makanya guys nikah dong!!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
subhanallah.... kisahnya sungguh luar biasa
BalasHapussangat inspiratif...
semoga Allah melanggengkan pernikahan kalian.
amin
Amin ya rabbal alamin..terima kasih mas..
BalasHapusKisah seperti ini yang perlu untuk d share, makasih tulisannya mbak... Semoga Allah Melanggengkan Pernikahan kalian, Aamiin.. :)
BalasHapusSubhanallah..Indahnya pernikahan... ^_^
BalasHapusTrm ksh lagi mas Andro, mlm kemarin baca tulisannya mas insan robbani ttg pernikahan jd ada ide buat nulis pengalaman sdr...amin..
BalasHapusSepakat Latifah emang indah! yah kalau ada duka... biasa kan?? itu gelombang kehidupan namanya :)
BalasHapusNikah dong guys! : sebuah provokasi.
BalasHapusSubhanallah kisahnya..! DAN saya terprovokasi. :)
nice share.. salam ukhuwah.
Subhanallah...
BalasHapusMakasih ceritanya, jadi buka wawasan nih...
Saya pernah mau diajak ke rumah keluarga pacar (ngenalin keluarga). padahal baru mau diajak yah? udh engga mau ajah, takut disuruh nikah soalna... :D
tapi akhirnya sadar juga kalu saia salah...
Mas ROe : Ayoo semangat mas ROe cepet jumpai orang tuanya he..he...
BalasHapusMbak Dienz : Makasih jg mbak dah baca tulisan saya... Ntar kalo diajak lagi mau ya.. ;) paling nggak tahu keluarganya gmn.. salam kenal.
doakan saya bunda.. semoga proses itu lancar. hehe
BalasHapusYa nak (he..he..) smg lancar..amin ..
BalasHapusAtun.. Tulisannya indah, mengalir sampai aku terhanyut dan ngiri dengan kebahagiaan kalian..^^ Bang Ibal emang top dah! hehe
BalasHapusIri ya? bagus itu...he..he.. ayo ciptakan keluarga yg bahagia juga med ...fahri juga top dah!!!
BalasHapusiya tun..aku juga hadir saat akad kalian,,,dan berpikir kapan aku di posisi itu yah...insyaallah suatu saat...
BalasHapusAamiin
Hapusiya Tia..Insya Allah suatu saat
BalasHapusIsh, provokator.
BalasHapusSaya sih belum pernah nolak lamaran orang. Palingan dulu cuma nolak seseorang yang ngajak ta'aruf, dengan alasan perbedaan pola pikir. Dia mikirnya "ta'aruf aja dulu, kalo cocok nikah, kalo gak cocok ya udah" dan saya mikirnya "ta'aruf itu berarti sudah melangkah lebih dekat ke pernikahan jadi harus dipikirkan matang2 mau ta'aruf dengan dia atau tidak". Dan sekarang dia udah nikah sama orang lain. Alhamdulillaah..
He..he.. artinya dia mmg bkn jodohmu mbak :) jodohmu pasti untukmu bukan untukku :) :D
BalasHapusKeren.
BalasHapus