Puisi lagi! dan laporan J50K
Dia tak ingin dipanggil dengan nama itu
hanya meruntuhkan
sebuah benteng katanya beralasan
tapi tak ada nama lain yang pantas
pun ketika
beribu senyum terlepas dan ia memukul segala yang ia temui
fikirnya
menghilang pada setiap lakon
Ia tak ingin terpinggirkan tapi ia yang menarik
dirinya dari semua isi kepalanya
Kau fikir siapa yang punya kelakuan serupa itu?
Hingga
teralis berhak mengurungnya.
Melumpuhkan imaji akan halusinasi dan delusi.
Satu kata itu mengejarnya meski yang mengatakannya tak
lebih waras.
Hanya warna yang membuat mereka beda. Apa gunanya seragam
fikirnya.
* * Sibuk dengan program J50K di blog sebelah membuatku tak bisa mengalihkan konsentrasi pada tulisan panjang lainnya yah tak apalah hanya puisi pendek ini untuk mengisi beranda ini. Dan puisi ini untuk pasien-pasien yang pernah kukenal dan beberapa yang sempat kurawat ketika kepaniteraan klinik keperawatan senior di sebuah RSJ. Jujur, rindu juga pada tingkah mereka yang terkadang menyentuh, membuat kita harus banyak merenung dan bersyukur juga iba! Mereka tak memilih lakon yang harus mereka perankan sekarang, jika bisa mereka juga ingin hidup normal. Semoga mereka baik-baik saja disana.
Dan......
Ini sudah hari ke-20 dari 31 hari di bulan Januari. Dari 50.000 kata yang harus terkumpul dalam sebuah tulisan, aku telah berhasil di 33.000 kata lebih dikiiitttttt berarti aku harus merangkai setidaknya 17.000 kata lagi. Pufff tak mudah memang tapi harus!!
Ini sudah hari ke-20 dari 31 hari di bulan Januari. Dari 50.000 kata yang harus terkumpul dalam sebuah tulisan, aku telah berhasil di 33.000 kata lebih dikiiitttttt berarti aku harus merangkai setidaknya 17.000 kata lagi. Pufff tak mudah memang tapi harus!!
Oke guys aku balik ke blog sebelah lagi ya.... ^___^
Anak yang dicambuki di alun-alun
Seorang anak dicambuki suatu siang di alun-alun
begitu banyak mata tak berkata
Kerja! Suara itu tak melukainya karena telah terhafal otak
kecilnya yang membebal
Dan kerja bagi lelaki itu adalah tatap kagum penghasil receh
Lelaki itupun membebal serupa tangannya yang terkepal.
Ini bukan sekedar dogeng dari negeri yang katanya berupah senyum
Senyum tak membuatmu kenyang
hanya memekarkan mimpi yang
lalu kemudian buyar
Oleh seonggok kata: perut tak boleh lapar!
Dan anak kecil itu tak menjerit tak berkelit karena jerat
itu begitu ketat memaku tubuh dan imaji yang mulai terkontaminasi
Suatu masa ketika tanganmu melumpuh hai lelaki, aku yang
akan mencambukmu.
* syok ketika minggu lalu jalan2 ke Kota Tua...di sebuah lapangan ada pertunjukan kuda lumping dan beberapa pemainnya adalah balita dan anak2! Sebagai ibu aku emosi... bayangkan kalau itu adalah anak2 kita! didandani ala pocong lalu dilecuti seutas cambuk yang bunyi cetarnya bisa merontokkan jantung.
Tapi seperti yang lain, aku tak berbuat apa2... hanya segera menarik tangan suamiku pergi dari pemandangan mengenaskan itu. Duh! andai aku punya keberanian sedikit saja....
Negeri peri
Suatu ketika aku bilang padamu bahwa aku ingin menjadi putri
di negri peri dimana tak ada yang berani mengusirku pergi.
Kau terkekeh kau katakan tak
ada putri berpenyakit kulit.
Dan kau benar tak ada negeri peri .
Akupun
bermalam dalam hatimu yang serupa pekat namun aku menemukan lentera bersinar
redup yang membuatku tak takut.
Suatu ketika aku bertanya tentang mimpi. Kau terdiam pada
jiwa yang mengawang. Segala butuh pawang apa daya tak beruang katamu. Dan
akupun bermalam lagi pada sebuah bilik di hatimu. Yang kurasa tak terlalu
berdebu ada yang bisa kita bersihkan berdua.
Hingga pengejar itu datang. Menggerebek kita dalam hati kita
sendiri. Apa mereka buta atau mereka ingin punya banyak hati?
Mereka menangkapmu hanya karena kau pria gelap yang tak
menetap
***** Jakarta, 14 januari 2012 *****
***** Jakarta, 14 januari 2012 *****
Puisi ini untuk sepasang pemulung yang kutemui senja tadi. Betapa keromantisan mereka membangkitkan imajiku akan percakapan fiktif ini. Dan aku tak sempat berterima kasih. Semoga aku bisa menemui mereka lain kali.
Kopi
Guys... untuk seminggu ini aku menghabiskan kopi lebih banyak dari biasanya dan hebatnya maagku tak kambuh ^_^ horeee!!!
Jam
tidurku juga berkurang drastis...biasanya aku sudah sikat gigi, cuci
muka cuci kaki dan tidur dengan nyaman paling telat jam sepuluh malam
tapi seminggu ini bisa sampai jam dua dini hari!! Dan hebatnya besoknya
aku tetap terbangun, menyiapkan sarapan dan kebutuhan anak-anak dan
suami yah meski sedikit linglung tapi tak ada kekacauan berarti tentang
peranku itu. Tidur hanya tiga jam dari dua puluh empat jam yang aku
miliki! apakah ini prestasi?
Ah
tapi tak apa.... semuanya menjadi indah ketika melihat hasil 16.178
kata selama sembilan hari!. Mungkin bagimu itu biasa saja tapi bagiku
ini luar biasa.
Semua karena J50K dan Kampung Fiksi
yang keren itu...aku juga ikut2an merasa keren... ^__^ Tapi perjalanan
belum usai masih banyak kata-kata betebaran menunggu tanganku untuk
memungut dan merangkai mereka dalam sebuah cerita.
Semoga sampai di garis finish: akhir bulan dengan menggapai 50.000 kata. Amin.. Semangat!!!
J50K
Januari ini saya nekad bergabung dengan ratusan nekaders lainnya. Menulis maraton 50.000 kata! wuih biasanya nyelesaikan satu cerpen aja bisa berbulan2, ini kok sok berani atau kepedean mau buat novel. Tapi tak salah saya mencoba mungkin kalau nulisnya bareng2 saling nyemangatin saling ngiriin bisa tercapai 50.000 katanya.
So, It's My Mind saya terlantarin dulu deh demi misi suci ini.... Nggak hanya itu, modem juga harus disembunyikan biar nggak kegoda googling juga keluyuran/Blogwalking kemana2. Dan ada satu masalah yang belum nemu solusinya: anak2! Namanya anak2 nggak bisa lihat mamanya serius, nggak senang dicuekin pasti ada aja ulahnya buat nyari perhatian...ha..ha..# tertawa sumbang.
Tapi apapun kendalanya...saya tak akan mundur, maju terus sampai kepenghujung Januari. Apapun hasilnya saya telah mencoba.
Terima kasih juga buat teman2 yg sering mampir kemari...mengenal kalian membuat hidup semakin berwarna # cieee cuit2... Semangat! ^___^
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
8 komentar :
Posting Komentar