Book Review : Bumi Manusia (Roman Pertama dari Tetralogi Buru)
“Seorang terpelajar harus berlaku adil sejak dalam fikiran apalagi dalam perbuatan” Pramoedya Ananta Toer.
Membaca Roman ini membuat saya seolah hadir pada akhir Abad ke-19 melihat
dengan jelas kehidupan Hindia Belanda dengan perbauran bermacam ras manusia:
Pribumi, Eropa toktok, Peranakan, Tiongkok juga Jepang. Cerita yang memadukan
kisah romantis, ketidakadilan kolonialis, pemikiran-pemikiran Liberal dan
keterbelakangan yang berupa sembah pada leluhur dan pembesar melalui perendahan
dan penghinaan manusia. Semuanya tertulis begitu apik, detail dan mengalir.
Jika biasanya saya selalu ingin cepat menghabiskan novel yang saya baca karena
penasaran dengan ending, membaca roman ini membuat saya betah
berlama-lama pada setiap lembarannya. Menikmati kata perkata yang membangun
keutuhan karya sastra dari seorang sastrawan Indonesia kawakan yang banyak
mendapat penghargaan sastra International ini.
Pramoedya Ananta Toer telah
melahirkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih 42 bahasa
asing. Dan saya beruntung dapat menikmati salah-satu karya yang ia tulis ketika
ia sedang mendekam di kamp kerja paksa tanpa proses peradilan di Pulau Buru ini
(dan memang hampir separuh hidupnya dihabiskan di penjara: 3 tahun dalam
penjara kolonial, setahun ketika Orde Lama dan 14 tahun yang melelahkan di Orde
Baru).
Adalah Minke (tokoh utama yang bercerita dalam kisah ini) seorang Priyayi
Jawa yang beruntung dapat menyerap Ilmu Pengetahuan Eropa di sebuah sekolah H.B.S.
di Surabaya ketika sebagian besar
kaumnya belum lagi mampu baca tulis. Ia mengagumi segala perkembangan Modern
yang hanya ia dengar dari guru-guru Eropanya. Dan Magda Peters adalah guru
yang sering memuji dan membelanya mengesampingkan label pribumi yang tersemat
padanya yang dipandang rendah oleh teman-teman Eropa atau peranakan lainnya.
Meski pribumi,
ia adalah murid yang gilang gemilang. Magda Peters jugalah yang banyak berkisah tentang persamaan hak dalam kehidupan sosial ia bahkan mengenalkan Max Havelaar atau De Koffieveillingen der Nederlandsche Handelsmaatschappij-nya Multatuli atau Eduard Douwes Dekker pada minke. Hal itu menginspirasi Minke untuk juga menulis tak hanya iklan lelang namun juga kisah orang-orang di sekitarnya. Dan koran S.N. v/d D banyak memuat karyanya dalam Bahasa Belanda yang memakai nama pena Max Tollenar. Salah-satu karyanya dipuji di depan seluruh siswa dan para guru Eropa tanpa mereka tahu itu adalah karyanya.
ia adalah murid yang gilang gemilang. Magda Peters jugalah yang banyak berkisah tentang persamaan hak dalam kehidupan sosial ia bahkan mengenalkan Max Havelaar atau De Koffieveillingen der Nederlandsche Handelsmaatschappij-nya Multatuli atau Eduard Douwes Dekker pada minke. Hal itu menginspirasi Minke untuk juga menulis tak hanya iklan lelang namun juga kisah orang-orang di sekitarnya. Dan koran S.N. v/d D banyak memuat karyanya dalam Bahasa Belanda yang memakai nama pena Max Tollenar. Salah-satu karyanya dipuji di depan seluruh siswa dan para guru Eropa tanpa mereka tahu itu adalah karyanya.
Kisah semakin menarik meski
mendatangkan konflik ketika ia berkenalan dengan Annelies Mellema yang
digambarkan memiliki kecantikan melebihi Sri Ratu Wilhelmia. Annelies berparas
Eropa berkulit dan bermata pribumi. Ia putri nyai Ontosoroh yang bernama asli Sanikem
dengan Herman Mellema pemilik Perusahaan Boerderij Buitenzorg di
Wonokromo. Keluarga Annelies yang aneh mendatangkan sikap waspada bagi Minke
namun ia tak menampik bahwa ia memiliki ketertarikan yang kuat tak hanya pada
Annelies namun juga pada Nyai Ontosoroh yang berkepribadian dan berpemikiran hebat (terlalu luar biasa
untuk seorang gundik) yang seolah mampu menggenggam hati siapapun untuk
bertekuk padanya. Dan Annelieslah yang menceritakan kisah kelam Nyai Ontosoroh
kepada Minke. Bagaimana di usianya yang belia ia dijual sang ayah jurutulis
Sastrotomo kepada administratur Tuan Besar Kuasa Herman Mellema karena
ambisinya untuk menjadi juru bayar di Pabrik gula Tulangan Sidoarjo. Menjadi
Gundik bukanlah yang ia maui. Semua lapisan kehidupan menghukum keluarga
nyai-nyai sebagai tingkat susila rendah; juga semua bangsa: pribumi, Eropa,
Tionghoa dan Arab. Hal itu membuatnya mendendam tak hanya pada ayahnya ia juga
mendendam pada ibunya sendiri yang
seperti kebanyakan wanita pribumi lain tak memiliki kemampuan melindungi
anaknya meski ingin. Ia menghukum keduanya dengan tak lagi menganggap mereka
sebagai orang tua : tak mau menemui mereka, tak sudi membaca dan membalasi
surat bahkan ketika ibunya menangis merajuk-rajuk ingin menemuinya ia hanya
berpesan.
“Anggaplah aku hanya sebagai telornya yang telah jatuh dari
peterangan. Pecah. Bukan telur yang salah”
Namun Tuan Besar kuasa tak memperlakukannya sebagai budak belian ia mengajarinya
banyak hal tidak hanya baca tulis Belanda dan Melayu namun juga segala adat dan
budaya Eropa. Memberinya bacaan rutin yang diperintahkan untuk ditamatkan dan diceritakan
ulang segala isinya, mengajarinya cara berdandan dan menjaga kebersihan diri
juga segala pengetahuan tentang administrasi dan urusan perusahaan. Sanikem
tumbuh menjadi pribadi baru ia berubah menjadi wanita Belanda berkulit coklat.
Rumah tangga mereka baik-baik saja
meski Herman Mellema tak menikahi Sanikem namun kedua putra darinya Robert
Melemma dan Annelies Mellema diakuinya di depan Pengadilan Hindia Belanda. Dan
petaka itu terjadi dengan kemunculan seorang
Eropa muda yang bersikap angkuh di depan rumah mereka secara tiba-tiba
di suatu hari. Ia adalah Ir. Maurits Melema anak tuan Mellema dari istrinya Mevrouw
Amelia Hammers yang ia tinggalkan di Nederland. Ir Maurits Melema menghujat kelakuan sang ayah
yang dianggapnya bermoral rendah hidup tanpa pernikahan dengan seorang pribumi
sedang ia belum menceraikan istri sahnya. Lalu tanpa menghiraukan pembelaan
sang ayah ia pergi begitu saja meninggalkan Herman Mellema yang retak oleh
perasaan bersalah hingga tak perduli
lagi pada keluarga Nyai Ontosoroh dan perusahaannya. Ia melarikan diri pada
segala minuman keras dan pelacur. Nyai Ontosoroh kecewa dan membenci
keringkihan tuan Mellema ialah yang lalu pontang panting mempertahankan
perusahaan dan melibatkan Annelis dalam mengolah perusahaan sedang Robert
Mellema berwatak Eropa sangat benci pada pribumi juga pada ibunya sendiri. Di
matanya ibunya hanya pribumi yang rendah. Meski ia tak juga diperdulikan oleh
ayah yang ia kagumi.
Berbeda dengan Nyai Ontosoroh, Annelies memiliki kepribadian yang rapuh
dan manja meski ia dididik keras untuk mampu mengurusi perusahaan namun ia tak
memiliki kontrol atas diri sendiri ibunya yang selalu menentukan geraknya,
serupa boneka kesayangan. Pertemuannya dengan Minke membuatnya merasa memiliki
teman tapi ia tak hanya menganggap Minke sebagai teman, ia jatuh cinta pada Minke
dan ketika Minke kembali ke Surabaya ia jatuh sakit yang menurut dr Martinet
dokter keluarga mereka hanya Minke yang bisa menyembuhkan dan nyai Ontosoroh
yang tak ingin putrinya tersiksa meminta
Minke tinggal di rumah mereka.
Minke bergulat dengan pendapat masyarakat umum. Semua lapisan kehidupan
menghukum keluarga nyai-nyai dengan tingkat susila rendah dan ia juga akan
terkena hujat jika tinggal bersama mereka. Dan sahabatnyalah Jeans Marais pelukis asal Perancis yang juga
seorang mantan serdadu kompeni yang terlibat Perang Aceh menyadarkannya “Pendapat
umum perlu dan harus diindahkan, dihormati kalau benar. Kalau salah, mengapa
dihormati dan diindahkan?. Kau terpelajar Minke, seorang terpelajar harus juga
berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan.”
Jeans Marais sendiri mendapat kebijakannya dari pengalaman perangnya di
Aceh. Ia mengakui: prasangkanya tentang kemampuan perang pribumi ternyata
keliru. Kemampuan mereka tinggi hanya peralatan rendah; kemampuan berorganisasi
juga tinggi. Orang Aceh punya cara berperang khusus. Dengan alamnya dengan
kemampuannya dengan kepercayaannya telah banyak orang kompeni dihancurkan.
Mereka membela apa yang mereka anggap sebagai haknya tanpa mengindahkan maut
melawan terus dengan segala kemampuan dan ketidakmampuan. Dan Jean Marais
mengagumi dan mencintai bangsa pribumi yang gagah perwira. Juga jatuh cinta
pada seorang wanita Aceh yang awalnya adalah tawanan kumpeni. Tragis, wanita
Aceh itu terbunuh oleh adik lelakinya sendiri yang menikamnya dengan rencong
beracun karena telah terjamah tangan kafir.
Tangan Jean Marais!. Dan di Surabaya inilah Jeans Marais mencoba
menghadirkan pesona wanita Aceh yang ia cintai itu dalam sapuan kuasnya sambil
membesarkan Maysaroh anak yang tak sempat puas menikmati kasih ibunya.
Minkepun lalu tinggal di Boerderij Buitenzorg merawat Annelies
hingga ia mendapat keceriaannya kembali. Namun tak lama sampai seorang agen
polisi kelas satu menjemputnya tanpa menjelaskan alasan penangkapan. Ia lalu
dibawa ke kota B ke rumah kediaman Bupati Kota B yang ternyata tak lain adalah
ayahandanya yang akan dilantik menjadi Bupati dan ayahnya membutuhkan seorang
penterjemah karena pejabat Hindia Belanda juga akan datang melantik. Ayahnya
ingin anaknya yang paling cerdas tampil membuatnya bangga di malam pelantikannya. Dan meski Minke mengamati segala perkembangan
Eropa dan negeri-negeri yang jauh ia tak mengetahui segala berita tentang
ayahnya sendiri. Minke merasa tak ada urusan dengan segala berita mutasi
pejabat. Kepriyayian bukan lagi duniaku fikirnya. Dunianya bukan bukan jabatan,
pangkat, gaji dan kecurangan. Dunianya bumi manusia dengan persoalannya. Minke
tak suka pada segala tradisi pengagungan dalam kaumnya. Ia menggambarkan
dengan:
Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang
kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana
dijanjikan oleh kemajuan ilmu. Hilang anthusiasme para guruku dalam menyambut
hari esok yang cerah bagi umat manusia. Dan entah berapa kali aku harus
mengangkat sembah nanti. Sembah-pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui
perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak
cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini.
Dan Bundanya meski bersikap lembut mengatakan “Kau terlalu banyak bergaul
dengan Belanda. Maka kau sekarang tak suka bergaul dengan sebangsamu, bahkan
dengan saudara-saudaramu, dengan ayahandamupun. Surat-surat tak kau balas.
Mungkin kau pun sudah tak suka padaku”
“Kau sudah temui jalanmu sendiri. Tempuhlah jalan yang kau anggap baik
hanya jangan sakiti orang tuamu, dan orang yang kau anggap tak tahu segala
sesuatu yang kau tahu”
Saat acara pelantikan Minke menjalankan tugasnya sebagai penterjemah
dengan baik hingga Asisten Residen kagum pada sikapnya yang terpelajar iapun
diundang ke kediaman sang Asisten Residen Herbert de La Croix berkenalan dengan Mriam dan Sarah de La
Croix yang memiliki pemikiran sama dengan sang guru Magda Peters. Liberal!
Kembali ke Wonokromo Minke dihadapkan pada peristiwa matinya tuan Mellema
di Rumah Pelesiran Babah Ah tjong; mati dalam muntahan minuman keras beracun!.
Peristiwa itu menghantarkan Nyai Ontosoroh dan semua yang tinggal di Boerderij
Buintenzorg ke depan pengadilan termasuk
Minke. Kehidupan pribadi merekapun diusut termasuk hubungannya dengan Annelies.
Juruwarta berdatangan ke rumah Koran-koranpun ramai menuliskan berita-berita
sensasional. Nyai Ontosoroh dan minke dituduh bersekongkol membunuh tuannya
dengan motif kemesuman dan harta. Ayahanda Minkepun mengetahui perihal itu dan
menjadi murka pada putra-putrinya ia berkata : siapa saja diantara anak-anaknya
berurusan perkara dengan polisi dia adalah menghinanya, maka tak patut ada di
dekatnya lagi. Dan Minke membalasnya dengan: “kalau itu yang dikehendaki ayah
apa boleh buat maka sekarang aku akan berbakti hanya pada seorang ibu”. Setelah
proses persidangan yang berbelit, akhirnya Ah Tjong mengaku meracuni tuan
Mellema secara perlahan dan dijatuhkan hukuman penjara tiga sampai lima tahun.
Meski Minke sempat dikeluarkan dari sekolah akhirnya dengan bantuan
Herbetr de la Croix ia bisa meluluskan sekolahnya lalu menikahi Annelies secara
Islam. Namun masalah yang lebih besar datang lagi kali ini dari Ir. Maurits
Mellema yang menggugat harta perusahaan peninggalan tuan Mellema dan kewalian
Annelies yang jatuh padanya. Ia menuntut agar Annelies dipulangkan ke
Nedherland dan tidak mengakui pernikahan mereka. Hukum Hindia Belanda terlalu
kuat memihak padanya. Mampukah Minke dan nyai Ontosoroh mempertahankan Annelies
dan Boerderij Buitenzorg?.
Temukan jawabannya dalam roman setebal 535 halaman ini.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
wah jadi pgn baca ni tun..tebal juga ni buku :)
BalasHapusTebel Tia dan ada 3 buku lagi sambungan ceritanya :D
HapusWah, saya baru sempat baca Gadis Pantai. Untuk Tetralogi Buru, belum sempat, karena belum sempat beli. Mahal harganya. Mbak Haya bacaannya berat juga yaa.. :D
BalasHapusAku yg gadis pantai malah blm baca yu :( iya mahal aku nyicil dua buku pertama dulu smg bs beli dua yg berikutnya :)
HapusAah pengeen.. udah lama banget nih ngga bener-bener membaca buku, terdegradasi sepertinya.. :(
BalasHapusAyo mbak Nurul beli .... bagus bukunya :)
HapusMantap review-nya fus. Panjang lagi :)
BalasHapusBtw, ini buku nufus beli di mana?
Kalau nufus, saya rencana mau minta tolong beli juga
di gramedia kak... boleh ntar nufus belikan ya :) no hp msh yg dulu kak?
Hapusyang paling terngiang setelah baca buku ini, "adil-lah engkau dalam dunia pikir, setelah itu adil-lah engkau dalam perbuatan"...
BalasHapusbtw, buku ini udah ada versi e-book nya ga yaa?? nyari-nyari di google ga ketemu sama sekali... Kalo ada bagi yaaa... :D
pesan yg bijak ya ... aku nggak punya e-booknya :D
Hapuswaaah, aku sempat punya buku ini. tapi lalu ditukar sama bukunya robert cormier, hihihihi :D
BalasHapuskalau aku nggak mau ah ditukar sm buku apapun he..he... sayang, pingin baca lagi kapan2 :D
HapusAlamak tebal amat mbak. Habis berapa hari itu?
BalasHapusBtw, jempol deh, reviewnya keren ^__^
iya lumayan tebal :D nggak ingat berapa hari mbak bacanya mbak... makasih ya ^^
HapusMasukin di www.vivanews.com mbak, daftar di BLOG, mbak bisa masukin tulisan di sana. Nanti mereka link-kan ke blog kita. Ini bisa menaikkan traffic. Sy sdh bbrp kali masukkan. Terakhir sy masukkan, dalam 2 hari traffic saya naik 1000 page views ...
HapusOOO makasih infonya mbak... aku memang kurang paham tips dan trik naikin traffic. Ntar aku coba deh :)
HapusFus, ntar kalo kakak dah balik ke banda, kakak kabari lagi ya. Mungkin sekitar awal April.
BalasHapusTetralogi, apa ada keempat-empatnya fus?
Ok Kak,ntar deh dicariin keempat2nya :)
Hapussukses buat reviewnya mbak nufus...
BalasHapuskeren deh^^
Tengkiyu mbak Atma ^^
HapusBUku2nya Pramoedya...I like it. keselurahan isinya sangat 'live', bisa jd buku sepanjang masa menurut saya. Semoga suatu saat saya bisa mengkoleksi semua karya tulis beliau..AMin
BalasHapusAmin... setuju mbak sastranya bagus ^^ meski ada beberapa pemikiran yg aku agak2 nggak setuju he..he..
Hapusakhirnya bertemu teman yang juga sama-sama suka pramoedya....jaidn inget zaman kuliah dulu, punya komunitas yang khusus bahas buku PAT.
BalasHapusooo aku malah baru ini baca mbak.. komunitasnya skrg masih eksis?
Hapusmisi misi. . . .
BalasHapuskunjungan pagi ahhh. . . da orangnya ndak ya. . .
:D silahkan :D
Hapusaku jadi penasaran ama bukunya . . . . berapaan ntu mbak harganya. . .???
HapusBisa cek harganya 90.000 lengkapnya cek harga disini : http://www.anelinda-store.com/pramudya.php
Hapuswah bisa bisa. .. . makasih ya mbak. . . .
HapusSama2 :)
Hapuswow, satu lagi penikmat Pramoedya Ananta Toer.. jujur saja, saya belum pernah satu kali pun membaca karya beliau. semoga nanti sempat baca. hehehe
BalasHapusreview novel saya jg dunk ^__^
Baca deh bagus loh :D boleh...boleh... :)
Hapuslho ada ebooknya kasi donk linknya...
BalasHapusnggak punya linknya mas...
Hapuskurang puas sampai dua kali gue ngebaca postingan agan di atas.
HapusBerarti kamu harus beli buku ini :D
Hapuskok di indonesia jarang ada novel action yah :D
BalasHapusMasak sih? ya udah kamu yg nulis ... :D
Hapus