Desperate’s question : Kenapa mereka harus punya kelamin?
Hal penting yang mau tak mau harus diketahui ketika pertama kali Belajar
Bahasa Perancis adalah Gender of nouns & Articles. Karena
ternyata, setiap kata benda dalam Bahasa Perancis memiliki jenis kelamin atau
gender sebagai femina(perempuan) atau mascula(laki-laki) yang tentu mempengaruhi
pemakaian artikelnya.
“a” dalam Bahasa Inggris bisa menjadi “un”
atau “une”
Un à dipakai
untuk setiap kata benda bergender mascula (m)
Une à dipakai untuk setiap kata benda
bergender femina (f)
Begitu pula artikel “the” dalam Bahasa Inggris bisa menjadi “la” atau
“le” dalam Bahasa Perancis tergantung gender dari kata tersebut.
Le
à dipakai
untuk setiap kata benda bergender mascula (M)
La à dipakai untuk setiap kata benda bergender
femina (F)
Contoh-contoh artikel une dan un
:
a cup ---- une
tasse , karena tasse memiliki gender femina
a
fish ---- un poisson, karena poisson bergender
mascula
a
banana ---- une banana (f)
a
lemon ---- un citron
(m)
a
shoe ---- une chaussure (f)
a
bag ---- un sac (m)
Contoh artikel la dan le :
the banana ---- la
banana (f)
the
lemon ---- le citron (m)
the shoe ---- la
chaussure (f)
the sun ----
le soleil (m)
the moon ---- la lune (f)
Kalau dipikir, bulan dan matahari
adalah dua benda alam yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kelamin atau
gender, tapi yah begitulah cara orang-orang Perancis sejak dahulu kala memutuskan
benda-benda apa yang bisa masuk dalam kategori femina dan benda-benda apa saja yang
masuk dalam mascula.
Dan pertanyaannya tentu : “How do I know the gender of a French noun?” Guru Perancisku bilang “It’s easy, you learn the noun with its
article”. Jadi dari awal ketika kita menghafal kosakata kita hafal bersama
dengan artikelnya. Tapi biar katanya easy
tetap aja bikin puyeng dan kebalik-balik juga pada awalnya dan hehehe sampai
sekarang.![]() |
Karena aku
sadar kalau belajar Perancis secara otodidak itu tidak mudah beberapa bulan
yang lalu aku les di Alliance Francise namun sekarang ‘cuti’ dulu mdah2an setelah
Ramadhan bisa nyambung lagi.
Anak-anak Madagascar : Dimly.
![]() |
Dimly dan adiknya |
Namanya
Dimly, umurnya aku tidak tahu pasti tapi sekitar tujuh atau delapan tahunan
sepertinya. Sekilas tak ada istimewanya dia, malah jika dibandingkan anak-anak
‘beruntung’ lainnya yang terlahir dalam keluarga berkecukupan dengan orangtua
yang sangat perduli pada tumbuh kembang dan pengembangan karakter anak, Dimly
mungkin tidak beruntung. Karena besar secara alami dengan didikan alam yang
‘apa adanya’. Tak adalah les-les pengembagan bakat yang dia ikuti, bisa
sekolahpun rasanya sesuatu yang luar biasa baginya. Meski tak tahu pasti hingga jenjang setinggi apa yang akan ia raih.
Dimly
termasuk anak-anak yang sering main ke rumah. Dari bajunya yang kotor dan
itu-itu saja aku bisa menebak latar belakang kehidupan ekonomi keluarganya. Seperti
juga penduduk lain Madagascar yang menurut riset 70% berada di bawah garis
kemiskinan. Tapi ada sesuatu pada
dirinya yang membuatku ingin mengajaknya dalam pusaran ambisiku ingin
menularkan virus menjadi pemimpi padanya. Ia punya karakter yang kuat, itu yang
aku lihat setelah beberapa kali ia bermain ke rumah. Ia termasuk yang paling ‘lancang’
dan ‘agresif’ untuk diizinkan masuk dan membongkar mainan yang aku sediakan
juga buku-buku cerita yang memang belum seberapa itu. Sangking agresifnya dia
pernah membuatku marah dan memarahinya dengan tegas. Begini ceritanya :
Suatu
Minggu sekitar pukul sembilan pagi beberapa anak telah datang. Karena aku harus merapikan
rumah aku tak bisa terus mengawasi mereka aku meminta dadabe, gardien kami
untuk menutup pintu pagar dan membatasi jumlah anak yang masuk. Dimly termasuk
anak yang sudah berada di pekaranganku. Beberapa menit kemudian ketika aku
sibuk dengan urusan rumah tanpa sengaja mataku melongok ke luar dari jendela
dan tampak Dimly memanjat pintu pagar!. Pintu yang diatasnya tegak besi-besi
runcing, yang tingginya hampir tiga meter!.
Mungkin
sedikit paranoid. Tapi beberapa teman telah memperingatkan tingkat keamanan
yang rendah di Antananarivo ini. Perampokan kerap terjadi apalagi bagi
orang-orang asing yang belum mengerti benar kondisi masyarakat local seperti
kami. Nah jika anak sekecil Dimly bisa seenaknya keluar masuk rumahku, aku jadi
khawatir dengan keamanan kami. Apalagi rumah kami terletak di kawasan rawan,
berbaur dengan rumah-rumah penduduk lokal.
Aku
memanggil dan memarahinya. Betapa tak sopan apa yang ia lakukan, betapa ia
harusnya minta izin dulu kepadaku untuk keluar atau untuk masuk kedalam rumah. Ia
terdiam menunduk dan takut-takut. Disebelahnya adiknya yang berusia di bawah
tiga tahun tak tahu apa-apa bahkan tak sadar ialah sebenarnya yang menjadi
penyebab Dimly nekad memanjat pagar, keluar pulang sebentar ke rumahnya,
menggendong adiknya dari rumah lalu memanjat lagi masuk ke rumah dan membuka
pintu untuk adik kecilnya itu. Tentu aku juga awalnya tak tahu alasan Dimly.
Tapi setelah ia pulang setelah berlalu beberapa hari dan ia seperti ragu-ragu
menegurku ketika kami bertemu di jalan aku jadi berpikir: apa yang ia lakukan
itu bisa disebut inisiatif dan jika diarahkan ke hal yang positif tentu akan
baik bagi masa depannya. Inisiatif, berani mengambil resiko dan bertindak cepat dan sigap. Jika ia besar tetap dengan sifat seperti itu bukan
tidak mungkin ia akan membawa keluarganya keluar dari kemiskinan, siapa
tahukan?. Apalagi rasa perduli dan kecintaannya terhadap adik-keluarganya tetap
dijaga. Harusnya aku bisa melihat karakter posisitif dari Dimly.
Sejak
saat itu aku jadi sering ‘memata-matai’nya secara sengaja ataupun tidak. Aku jadi
tahu Dimlylah yang sering merapikan buku-buku dan perlatan tulis lainnya
setelah dia dan anak-anak lain menggunakannya. Dimly yang selalu digelendoti
adiknya ketika ia bermain dan Dimly yang terakhir keluar karena dia yang sering
mengingatkan teman-temannya ketika waktu izin berkunjung habis. Dan beberapa
kali juga aku melihatnya mengangkat air menggunakan jirigen yang tampak berat
dari tempat penampungan air massal ke rumahnya. Juga mengangkat keranjang besar
berisi sayur yang sepertinya jualan ibunya di pinggir jalan.
![]() |
Menggulung tikar sebelum pulang tanpa ada yang menyuruh |
Dan,
yah dia tak beruntung seperti anak-anak yang lahir dalam keluarga mampu dengan
orangtua yang selalu sigap mengasah potensi anaknya, tapi orangtuanya beruntung
memiliki anak sepertinya. Wish the best for you Dimly.
Puisi : tak pantas tersalahkan
Kaukah itu
yang datang dengan selendang tersandang di pundak
Sementara matamu
membalas tatap pada mereka yang mendengungkan benci
Harusnya tak
ada benci
Karena kau
ada bukan dari kehidupan yang harus tak ada
Seperti yang
mereka pikirkan
Kaukah itu
yang pergi terburu
Ketika kau pikir
tak kan mampu mengusir gelap dari wajah tanah lahirmu
Sedangkan
Begitu kakimu
menjauh ada yang akan merindui khotbahmu
Terkadang ada
yang tak pantas tersalahkan
Antananarivo, 3 Juni 2013
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
12 komentar :
Posting Komentar