Berdoalah untuk jodohmu.
Dulu
sekali, ketika gerahnya siang membuat konsentrasi belajar kami terpecah. Ketika
rasa kantuk dan lapar merupakan perpaduan yang pas untuk berharap bel pulang segera
berbunyi. Suddenly something happened Jreng…jreng!!. Sesuatu
yang membuat kebanyakan mata kami serentak memandang keluar kelas. Kepada sesosok
abang kelas dua tahun di atas kami yang mungkin punya urusan ke kantor guru
sehinggga harus melintasi kelas kami. Pandangan yang bukan hanya sekilas dari
kami (yang kesemuanya adalah murid perempuan) namun hingga beberapa menit itu
tentu saja membuat guru yang sedang mengajar di depan menyadari yang kami
lakukan.
“Apa
yang kalian pikirkan?” tanyanya.
Kamipun
tersipu mendengar pertanyaan itu, merasa tidak pantas. Namun kelanjutan
kalimatnya membuat kami menghilangkan kantuk sekejap.
“Kalian
boleh berdoa pada Allah agar menjadikan
fulan (dengan menyebut nama abang letting tadi) menjadi suami kalian.”
Ujarnya serius.
Kami
yang masih usia Tsanawiyah tentu saja merasa aneh dengan doa itu. Suami? Masih jauh! Memang sih abang
letting itu seperti punya banyak kelebihan yang tentu saja berhak untuk doa
semacam itu. Dia hafidz (hafal Al-quran), juara kelas hingga juara umum (dari
seluruh angkatan), baik, santun, sering jadi imam dan keluarganya juga baik dan
berada. Dan jika kami yang berjumlah lebih dari tiga puluh orang ini berdoa
dengan doa yang sama, doa sipa yang akan dikabulkan Allah?. Ah aku memilih tak
berdoa seperti itu ketika itu. Namun usul guruku itu aku masukkan dalam hati
dan memoriku untuk aku keluarkan suatu ketika nanti. Aku tersenyum sendiri.
Dan
saat itu datang dua tahun kemudian. Ketika secara tak sengaja aku menyalami dan
mencium tangan seorang ibu aku berdoa.
“
Ya Allah, please jadikan aku menantu dari ibu ini! Jadikan ia mertua serupa
ibuku sendiri”
Sampai
sekarang aku ingat, doa yang kuucapkan dalam hati itu benar-benar keinginan
kuatku. Dan ketika selang tiga tahun kemudian Allah benar-benar mengabulkan
doaku, ketika aku mulai melupakan kejadian itu. Begitu ajaib cara Allah
mengabulkannya. Setelah tiga tahun tak ada kontak dengan anaknya yang juga
abang kelasku di Aliyah dan hanya melalui telephon anak sang ibu itu melamarku.
Kupikir itu salah-satu keinginan terbesarku
yang dikabulkan Allah. Dan aku sangat bersyukur karenanya aku rela menjadi
wanita kedua bagi suamiku, tentu ibunya harus menjadi wanita utama dan pertama
baginya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
doanya terkabul ya
BalasHapussaya mah takut mau berdoa kaya gitu. takut nyesel. tapi, kadang jadi berdoa kalau dia memang baik untuk saya, semoga dimudahkan, kalau tidak, semoga mendapat ganti yang lebih baik.
BalasHapusalhamdulillah, doa tiga tahun yang lalu terwujud.
BalasHapusSurprise pastinya....
BalasHapusSenang tentunya, doa nya dikabulkan Allah
BalasHapusSemoga saja doanya terkabul (amin)
BalasHapusSubhanallah ... indahnya :)
BalasHapusMaaf baru mampir ke mari mbak. Maaf lahir batin yaa
*tosss* walaupun tak begitu serupa, tapi tetap sama: kekuatan doa :)
BalasHapusDoa akan selalu kita panjatkan dan dengan usaha yang sungguh sungguh Insya Allah akan terwujud apa yang menjadi keinginan kita
BalasHapusalhamdulillah do'anya terkabul :)
BalasHapusKereeen sungguh Dialah mujiib yg Maha mengabulkan doa ... allahuakbar :-)
BalasHapusMampir mbak, belum posting lagi? :)
BalasHapuswah .. jadi inget Mama meruaku mbak :)
BalasHapusKeren (lagi). :-)
BalasHapus